Persalinan prematur adalah
persalinan yang terjadi ketika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.
Persalinan prematur merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian karena
menjadi salah satu penyebab utama kematian neonatal (bayi baru lahir).
Persalinan prematur menjadi penyebab tingginya angka kematian bayi karena
kondisi bayi yang masih lemah. Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko
tinggi memiliki cacat neurologis bawaan, termasuk cerebral palsy, cacat penglihatan, dan
gangguan kecerdasan, terutama bila usia kehamilan di bawah 32 minggu. Bayi
tersebut juga berisiko tinggi untuk masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit
kardiovaskular (serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi) dan
diabetes.
Angka persalinan prematur di
seluruh dunia berkisar antara 10-20 persen. Indonesia sendiri memiliki angka
kelahiran prematur sekitar 19%. Di negara-negara maju, insiden persalinan
prematur dapat dikurangi dengan kualitas kesehatan yang lebih baik dan berbagai
tindakan pencegahan.
Penyebab
Penyebab persalinan prematur
tidak diketahui, namun faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risikonya:
Ibu atau
saudaranya lahir prematur.
Studi di Universitas
Aberdeen menemukan bahwa seorang ibu yang lahir prematur atau memiliki saudara
yang lahir prematur berisiko 60 persen melahirkan bayi prematur pada kehamilan
pertama. Pada kehamilan berikutnya, potensi kelahiran prematur menurun jadi 50
persen.
Ibu pernah
mengalami persalinan prematur.
Jika seorang ibu pernah
melahirkan premature maka ia memiliki risiko 30 persen akan mengulanginya. Jika
ibu pernah dua kali melahirkan prematur, kemungkinannya adalah 70 persen ia
akan kembali melahirkan prematur.
Ibu
memiliki bayi kembar.
Bayi kembar memiliki sekitar
50 persen kemungkinan dilahirkan prematur. Untuk kembar tiga, peluangnya adalah
83 persen untuk dilahirkan prematur.
Ibu
memiliki kelainan rahim atau serviks (leher rahim) tertentu,
termasuk leher rahim yang pendek.
Ibu hamil
yang memiliki masalah kesehatan.
Hipertensi dan diabetes
adalah kondisi yang paling umum yang berhubungan dengan persalinan prematur.
Kondisi lain seperti gangguan autoimun dan infeksi juga meningkatkan risiko
persalinan prematur. Riset menunjukkan bahwa respon kekebalan tubuh terhadap
infeksi bakteri tertentu, seperti bakterial vaginosis dan trikomoniasis, dapat
memicu persalinan prematur.
Ibu hamil
yang mengalami perdarahan vagina setelah 20 minggu kehamilan.
Perdarahan pada rahim memicu
pelepasan protein tertentu (trombin) yang dapat merusak selaput ketuban, yang
dapat mengakibatkan ketuban pecah dini. Trombin juga merangsang kontraksi
rahim, yang dapat merangsang persalinan prematur.
Ibu hamil yang memiliki
beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan persalinan prematur tetapi
tidak selalu menyebabkan persalinan prematur, seperti merokok, mengalami
kenaikan/penurunan berat badan ekstrem selama kehamilan, menggunakan
obat-obatan terlarang, memiliki stres tinggi, dan lain-lain.
Tanda-tanda
persalinan prematur
Tanda-tanda dan gejala
persalinan prematur sebagian besar sama dengan persalinan normal. Tanda-tandanya
terkadang samar sehingga sulit untuk dikenali dan tak terduga.
- Kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering dalam satu jam (lima atau lebih kontraksi rahim dalam satu jam)
- Kram seperti menstruasi yang dirasakan di perut bagian bawah yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul. Kram perut ini bisa terjadi dengan atau tanpa diare
- Nyeri punggung bawah yang terasa di bawah pinggang yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul
- Tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong ke bawah
- Cairan encer yang keluar dari vagina. Cairan vagina meningkat jumlahnya atau berubah warna.
Jika ibu hamil merasa
mengalami tanda-tanda dan gejala di atas, segeralah menghubungi dokter.
Pencegahan
Ibu hamil dapat mencegah
persalinan prematur dengan mengurangi faktor-faktor risiko di atas, meskipun
tentu saja tidak ada jaminan ia tidak akan mengalaminya. Sebelum kehamilan, ibu
hamil dapat mendeteksi dan mengobati segala jenis masalah kesehatan seperti
infeksi, diabetes, masalah berat badan, atau hipertensi. Ibu juga dapat menghentikan
kebiasaan buruk seperti merokok– termasuk merokok pasif– selama kehamilan.
Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi ibu hamil, tidak hanya sebatas
mencegah persalinan prematur.
Bila ibu termasuk kelompok
yang berisiko tinggi untuk mengalami persalinan prematur, berkonsultasilah
secara intens dengan dokter kandungan untuk mengelolanya dan mempersiapkan
diri. Dokter mungkin dapat memberikan obat-obatan dan perawatan tertentu untuk
menekan risiko ibu hamil dan menyiapkan rencana penanganan yang tepat bila
persalinan prematur pada akhirnya terjadi.
Apakah persalinan prematur
dapat dihentikan?
Banyak ibu hamil (bumil) yang diberi obat
untuk memperlambat atau menghentikan persalinan prematur. Pada beberapa kasus,
persalinan dapat diperlambat cukup lama sehingga bumil dapat dibawa ke rumah
sakit yang memiliki neonatal
intensive care unit (NICU) – unit perawatan khusus untuk bayi yang
baru lahir. Para ibu juga diberi obat-obatan yang dapat meningkatkan kesehatan
sang bayi, meskipun bayi mereka lahir lebih cepat.
Adakah Perawatan Untuk
Mencegah Persalinan Prematur?
Selama bertahun-tahun, para dokter telah
mencoba berbagai kiat untuk membantu mencegah terjadinya persalinan prematur,
termasuk istirahat
tirah baring (bedrest), perawatan prenatal intensif untuk perempuan
berisiko tinggi, dan terapi obat untuk menghentikan terjadinya kontraksi
rahim. Namun tak satupun dari kiat-kiat di atas yang efektif, meskipun pada
individu-individu tertentu tindakan tersebut dapat membantu.
Namun demikian, pada tahun 2003, dua buah
studi yang menggembirakan menunjukkan bahwa perawatan dengan menggunakan hormon progesteron dapat
mengurangi kejadian persalinan prematur pada ibu hamil yang sudah pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya. Kelompok ini merupakan kelompok yang
berisiko tinggi untuk kembali mengalami persalinan prematur. Menurut American College of Obstretricians and
Gynecologists (ACOG), perawatan dengan progesterone (terkadang disebut 17P) harus diberikan hanya
pada ibu hamil yang memenuhi semua kriteria di bawah ini:
ü Pernah
mengalami persalinan prematur untuk satu orang bayi (bukan kembar dua, tiga
atau lebih)
ü Persalinan
dimulai secara alami (bukan dengan induksi)
ü Sedang
menjalani kehamilan lagi dengan 1 janin
Para peneliti terus menyelidiki apakah ibu
hamil lain yang juga berisiko tinggi, termasuk ibu hamil yang menjalani
kehamilan kembar dua atau lebih juga mendapatkan keuntungan dengan adanya
terapi 17P.
Sejumlah penelitian menitikberatkan pada
efektivitas pemberian antibiotik dalam mengurangi risiko terjadinya persalinan
prematur. Perawatan dengan antibiotik kelihatannya membantu memperpanjang masa
kehamilan pada bumil yang mengalami robekan prematur (kantung ketuban pecah
sebelum 37 minggu). Kondisi ini (juga disebut sebagai PROM) seringkali
menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Antibiotik juga diberikan pada ibu hamil yang
mengalami infeksi vaginal, seperti bacterial vaginosis (BV) dan trichomoniasis. Ibu
hamil yang mengalami gangguan ini mungkin sekali mengalami peningkatan risiko
persalinan prematur. Namun sebagian besar studi tidak dapat menunjukkan bahwa
antibiotik mengurangi risiko persalinan dini pada sebagian besar perempuan
dengan infeksi genital seperti ini.
Ada beberapa studi yang mengatakan bahwa
sebuah prosedur yang disebut cerclage
(dimana dokter melakukan jahitan pada rahim agar tetap
tertutup) juga dapat membantu mengurangi risiko persalinan prematur pada bumil
yang sebelumnya pernah mengalami persalinan prematur dan juga memiliki
abnormalitas tertentu pada rahim. Dokter akan membuka jahitan tadi pada saat
kehamilan mencapai usia sekitar 37 minggu.
Saat ini para ibu yang mengalami persalinan
sebelum kehamilannya berusia 34 minggu seringkali menjalani perawatan dengan
beberapa obat-obatan (yang disebut tocolytics). Obat-obatan ini seringkali dapat
memperlambat persalinan selama sekitar 48 jam sehingga memberikan waktu
tambahan untuk dapat memberikan perawatan dengan obat-obatan kortikosteroid
pada ibu hamil. Kortikosteroid akan mempercepat pematangan paru-paru serta
organ lainnya pada janin, mengurangi risiko kematian bayi, dan komplikasi
serius lainnya yang disebabkan oleh persalinan prematur, termasuk sindrom stres
pada organ respiratori (masalah pernapasan) dan perdarahan pada otak. Para
dokter merekomendasikan kortikosteroid bila ibu hamil kemungkinan akan mengalami
persalinan sebelum usia kehamilan 34 minggu.
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, 2001. Rencana
Strategis Nasional Making Pregnancy Safer
di Indonesia 2001-2010, Jakarta
Preventing Preterm Birth: The Role of 17P –
ACOG 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar